Senin, 22 Februari 2016

Suku Asmat

Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.

    Seorang dari suku Asmat tengah membuat ukiran kayu

Pengertian Suku Asmat

Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.

Kondisi Alam

Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau Distrik.Hampir setiap hari hujan turun dengan curah 3000-4000 milimeter/tahun.Setiap hari juga pasang surut laut masuk kewilayah ini,sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur.Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk diatas tanah yang lembek.Praktis tidak semua kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus berhati-hati agar tidak terpeleset,terutama saat hujan.

Pertentangan

Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.

Persebaran

Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

Kampung Asmat

Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.

Ciri Fisik

Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162 cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.

Mata Pencaharian

Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan seperti, ular, kasuari, burung, babi hutan dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.
Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan.
Dalam kehidupan suku Asmat “batu” yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.

Makanan Pokok

Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu,hampir setiap hari mereka makan sagu yang dibuat jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api.Kegemaran lain adalah makan ulat sagu yang hidup dibatang pohon sagu,biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah,ditaburi sagu,dan dibakar dalam bara api.Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap. Namun yang memprihatinkan adalah masalah sumber air bersih.Air tanah sulit didapat karena wilayah mereka merupakan tanah berawa.Terpaksa menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Pola Hidup

Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli suku asmat,mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka

Cara Merias Diri

Suku asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.

Ada istiadat suku asmat

Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat pun, melalui berbagai proses, yaitu :
  • Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
  • Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
  • Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
  • Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

Unik

Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.

Rumah Adat

Rumah Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter.Sampai sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat Pedalaman.Bahkan masih ada juga di antara mereka yang membangun rumah tinggal diatas pohon.

Agama

Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik,Protestan,dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap ritual ini diadakan,dapat dipastikan,kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan. (Kal Muller,Mengenal Papua,2008,hal.31)

Kepercayaan Dasar

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan.
  • Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
  • Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
  • Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini :
  • Mbismbu (pembuat tiang)
  • Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
  • Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
  • Yamasy pokumbu (upacara perisai)
  • Mbipokumbu (Upacara Topeng)
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.

Roh-roh dan Kekuatan Magis

  • Roh setan
Kehidupan orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka memiliki kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus, yang semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2 kategori :
1. Setan yang membahayakan hidup. Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan hamil yang telah meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa penyakit dan bencana (Osbopan).
2. Setan yang tidak membahayakan hidup. Setan dalam kategori ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka menakut-nakuti dan mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik terutama bagi keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai yi-ow
  • Kekuatan magis dan Ilmu sihir
Orang Asmat juga percaya akan adanya kekuatan-kekuatan magis yang kebanyakan adalah dalam bentuk tabu. Banyak hal -hal yang pantang dilakukan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, seperti dalam hal pengumpulan bahan makanan seperti sagu, penangkapan ikan, dan pemburuan binatang.
Kekuatan magis ini juga dapat digunakan untuk menemukan barang yang hilang, barang curian atau pun menunjukkan si pencuri barang tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan topan.

Sumber Alam dan Potensi Alam

Selain ikan,cucut,kepiting,udang,teripang,ikan penyu,cumi-cumi,dan hewan lainnya yang melimpah ruah.Daerah Asmat juga memiliki sumber daya alam yang amat luar biasa,seperti : rotan,kayu,gahar,kemiri,kulit masohi,kulit lawang,damar,dan kemenyan.

Wanita Dalam Pandangan Suku Asmat

Simbolisasi perempuan dengan Flora & Fauna yang berharga bagi masyarakat Asmat (pohon/kayu,kuskus,anjing,burung kakatua dan nuri,serta bakung),seperti kata Asmat diatas,menunjukkan bagaimana sesungguhnya masyarakat Asmat menempatkan perempuan yang sangat berharga bagi mereka.Hal ini tersirat juga dalam berbagai seni ukiran dan pahatan mereka.Namun dalam gegap gempitanya serta kemasyuran pahatan dan ukiran Asmat.Tersembunyi suatu realita derita para Ibu dan gadis Asmat yang tak terdengar dari dunia luar.
Derita perempuan Asmat menjadi pelakon tunggal dalam menghidupi suku tersebut.Setiap harinya mereka harus menyediakan makanan untuk suami dan anak-anaknya,mulai dari mencari ikan,udang,kepiting,dan tembelo sampai kepada mencari pohon sagu yang tua,menebang pohon sagu,menokok,membawa sagu dari hutan,memasak dan menyajikan.Setelah itu mencuci tempat makanan atau tempat masak termaksud mengambil air dari telaga atau sungai yang jernih untuk keperluan minum keluarga.
Sementara itu kegiatan laki-laki Asmat sehari-harinya adalah menikmati makanan yang disediakan istrinya,mengisap tembakau,dan berjudi.Kadang suami membuat rumah atau perahu,namun dengan batuan istri.Ada pula suami yang mau menemani istrinya mencari kayu bakar.Sayangnya mereka hanya benar-benar menemani.Mendayung perahu,menebang kayu,dan membawanya pulang adalah tugas istri.Suami yang cukup berbaik hati akan membantu membawakan kapak istrinya.
Jika istri tidak menyiapkan permintaan suaminya seperti sagu atau ikan,maka istri akan menjadi korban luapan kemarahan.Jika mereka kalah judi,maka istri pula yang akan dijadikan obyek kekesalan.Mereka yang tinggal di Agats,kini terbiasa pula untuk mabuk,mereka lebih rentan untuk mengamuk,sehingga istripun yang akan lebih banyak menerima tindak kekerasan.
Kadangkala laki-laki Asmat mengukir,jika mereka ingin tau atau jika hendak menyelenggarakan pesta.Ketika laki-laki mengukir,maka tugas perempuan akan semakin bertambah.Perempuan harus terus menyediakan sagu bakar dan makanan lain yang diinginkan suami mereka agar dapat terus bertenaga untuk mengukir.Semakin lama laki-laki mengukir,semakin banyak pula makanan yang harus mereka sediakan.Hal itu berarti akan semakin lelah perempuan Asmat,karena harus memangur,meramah,dan mengolah sagu,dan bahkan menjaring ikan,lebih tragisnya lagi,jika ukiran itu dijual,maka uangnya hanya untuk suami yang membuatnya,perempuan Asmat tidak menerima imbalan apapun untuk jerih payahnya menyediakan makanan. Padahal tanpa makanan itu,satu ukiranpun tidak akan selesai dibuat.(Dewi Linggasari,2004,Yang Perkasa Yang Tertindas. Potret Hidup Perempuan Asmat.Yogyakarta : Bigraf Publishing,bekerjasama dengan Yayasan Adhikarya IKAPI dan The Fourt Foundation.Hal.22).

Bencana Yang Di Waspadai

Bencana bagi Suku Asmat kurang lebih ada 3,yaitu ;
  • Penyakit Malaria
  • Buaya
  • HIV/AIDS
Setelah virus HIV/AIDS marak di Asmat dan mulai merenggut korban jiwa,semakin bertumpuk daftar persoalan yang harus dihadapi PEMDA dan seluruh masyarakat Asmat.Sebagai sebuah Kabupaten baru yang tengah sibuk-sibuknya melakukan pembenahan infrastruktur dan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka menyelenggarakan sebuah pemerintahan baru,dalam berbagi aspek,berjangkitnya HIV/AIDS ini merupakan sebuah pukulan telak yang bakal menyedot dana,waktu,tenaga,dan pikiran dari segenap komponen masyarakat Asmat,instansi-instansi terkait dalam jajaran pemerintahan Kabupaten Asmat khususnya dan sudah pasti butuh Pemerintah Pusat perlu segera mengambil langkah-langkah penanggulanggannya.

Mitologi

Dalam hal kepercayaan orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Menururt keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan. Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Dalam perkelahian sengit yang terjadi, ia dapat membunuh si buaya, tetapi ia sendiri luka parah. Ia terbawa arus yang mendamparkannya di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patug yang sangat indah serta membuat sebuah genderang em, yang sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat.

Upacara Adat

Ritual/ Upacara suku Asmat yaitu
  • Ritual Kematian
Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang yang telah meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang alamiah. Bila seseorang tidak mati dibunuh, maka mereka percaya bahwa orang tersebut mati karena suatu sihir hitam yang kena padanya. Bayi yang baru lahir yang kemudian mati pun dianggap hal yang biasa dan mereka tidak terlalu sedih karena mereka percaya bahwa roh bayi itu ingin segera ke alam roh-roh. Sebaliknya kematian orang dewasa mendatangkan duka cita yang amat mendalam bagi masyarakat Asmat.
Suku Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada usia yang terlalu tua atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal. Roh leluhur, kepada siapa mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia. Sampai pada akhir abad 20an, para pemuda Asmat memenuhi kewajiban dan pengabdian mereka terhadap sesama anggota, kepada leluhur dan sekaligus membuktikan kejantanan dengan membawa kepala musuh mereka, sementara bagian badannya di tawarkan untuk dimakan anggota keluarga yang lain di desa tersebut.
Apabila ada orang tua yang sakit, maka keluarga terdekat berkumpul mendekati si sakit sambil menangis sebab mereka percaya ajal akan menjemputnya. Tidak ada usaha-usaha untuk mengobati atau memberi makan kepada si sakit. Keluarga terdekat si sakit tidak berani mendekatinya karena mereka percaya si sakit akan ´membawa´ salah seorang dari yang dicintainya untuk menemani. Di sisi rumah dimana si sakit dibaringkan, dibuatkan semacam pagar dari dahan pohon nipah. Ketika diketahui bahwa si sakit meninggal maka ratapan dan tangisan menjadi-jadi. Keluarga yang ditinggalkan segera berebut memeluk sis akit dan keluar rumah mengguling-gulingkan tubuhnya di lumpur. Sementara itu, orang-orang di sekitar rumah kematian telah menutup semua lubang dan jalan masuk (kecuali jalan masuk utama) dengan maksud menghalang-halangi masuknya roh-roh jahat yang berkeliaran pada saat menjelang kematian. Orang-orang Asmat menunjukkan kesedihan dengan cara menangis setiap hari sampai berbulan-bulan, melumuri tubuhnya dengan lumpur dan mencukur habis rambutnya. Yang sudah menikah berjanji tidak akan menikah lagi (meski nantinya juga akan menikah lagi) dan menutupi kepala dan wajahnya dengan topi agar tidak menarik bagi orang lain.
Mayat orang yang telah meninggal biasa diletakkan di atas para (anyaman bambu), yang telah disediakan di luar kampung dan dibiarkan sampai busuk. Kelak, tulang belulangnya dikumpulkan dan disipan di atas pokok-pokok kayu. Tengkorak kepala diambil dan dipergunakan sebagai bantal petanda cinta kasih pada yang meninggal. Orang Asmat percaya bahwa roh-roh orang yang telah meninggal tersebut (bi) masih tetap berada di dalam kampung, terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis, yaitu patung kayu yangtingginya 5-8 meter. Cara lain yaitu dengan meletakkan jenazah di perahu lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu untuk kemudian dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju peristirahatan terakhir roh-roh.
Saat ini, dengan masuknya pengaruh dari luar, orang Asmat telah mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi yang meninggal. Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa menggunakan pakaian, sedangkan jenazah wanita dikubur dengan menggunakan pakaian. Orang Asmat juga tidak memiliki pemakaman umum, maka jenazah biasanya dikubur di hutan, di pinngir sungai atau semak-semak tanpa nisan. Dimana pun jenazah itu dikubur, keluarga tetap dapat menemukan kuburannya.
  • Ritual Pembuatan dan Pengukuhan Perahu Lesung
Setiap 5 tahun sekali, masyarakat Asmat membuat perahu-perahu baru.Dalam proses pembuatan prahu hingga selesai, ada berapa hal yang perlu diperhatikan. Setelah pohon dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua ujungnya, batang itu telah siap untuk diangkut ke pembuatan perahu. Sementara itu, tempat pegangan untuk menahan tali penarik dan tali kendali sudah dipersiapkan. Pantangan yang harus diperhatikan saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat banyak bunyi-bunyian di sekitar tempa itu. Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang kayu itu diinjak sebelum ditarik ke air, maka batang itu akan bertambah berat sehingga tidak dapat dipindahkan.
Untuk menarik batang kayu, si pemilik perahu meminta bantuan kepada kerabatnya. Sebagian kecil akan mengemudi kayu di belakang dan selebihnya menarik kayu itu. Sebelumnya diadakan suatu upacara khusus yang dipimpin oleh seorang tua yang berpengaruh dalam masyarakat. Maksudnya adalah agar perahu itu nantinya akan berjalan seimbang dan lancar.
Perahu pun dicat dengan warna putih di bagian dalam dan di bagian luar berwarna merah berseling putih. Perahu juga diberi ukiran yang berbentuk keluarga yang telah meninggal atau berbentuk burung dan binatang lainnya.Setelah dicat, perahu dihias dengan daun sagu. Sebelum dipergunakan, semua perahu diresmikan terlebih dahulu. Para pemilik perahu baru bersama dengan perahu masing-masing berkumpul di rumah orang yang paling berpengaruh di kampung tempat diadakannya pesta sambil mendengarkan nyanyi -nyanyian dan penabuhan tifa. Kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri dalam perlombaan perahu. Para pendayung menghias diri dengan cat berwarna putih dan merah disertai bulu-bulu burung. Kaum anak-anak dan wanita bersorak-sorai memberikan semangat dan memeriahkan suasana. Namun, ada juga yang menangis mengenang saudaranya yang telah meninggal.
Dulu, pembuatan perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan suatu penyerangan dan pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu -perahu ini dicoba menuju tempat musuh dengan maksud memanas -manasi mereka dan memancing suasana musuh agar siap berperang. Sekarang, penggunaan perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan bahan makanan.
  • Upacara Bis
Upacara bis merupakan salah satu kejadian penting di dalam kehidupan suku Asmat sebab berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis) apabila ada permintaan dalam suatu keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang telah mati terbunuh, dan kematian itu harus segera dibalas dengan membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh.
Untuk membuat patung leleuhur atau saudara yang telah meninggal diperlukan kurang lebih 6-8 minggu. Pengukiran patung dikerjakan di dalam rumah panjang (bujang) dan selama pembuatan patung berlangsung, kaum wanita tidak diperbolehkan memasuki rumah tersebut. Dalam masa-masa pembuatan patung bis, biasanya terjadi tukar-menukar istri yang disebut dengan papis. Tindakan ini bermaksud untuk mempererat hubungan persahabatan yang sangat diperlukan pada saat tertentu, seperti peperangan. Pemilihan pasangan terjadi pada waktu upacara perang-perangan antara wanita dan pria yang diadakan tiap sore.
Upacara perang-perangan ini bermaksud untuk mengusir roh-roh jahat dan pada waktu ini, wanita berkesempatan untuk memukul pria yang dibencinya atau pernah menyakiti hatinya. Sekarang ini, karena peperangan antar clan sudah tidak ada lagi, maka upacara bis ini baru dilakukan bila terjadi mala petaka di kampung atau apabila hasil pengumpulan bahan makanan tidak mencukupi. Menurut kepercayaan, hal ini disebabkan roh-roh keluarga yang telah meninggal yang belum diantar ketempat perisitirahatan terakhir, yaitu sebuah pulau di muara sungai Sirets.
Patung bis menggambarkna rupa dari anggota keluarga yang telah meninggal. Yang satu berdiri di atas bahu yang lain bersusun dan paling utama berada di puncak bis. Setelah itu diberikan warna dan diberikan hiasan-hiasan.Usai didandani, patung bis ini diletakkan di atas suatu panggung yang dibangun dirumah panjang. Pada saat itu, keluarga yang ditinggalkan akan mengatakan bahwa pembalasan dendam telah dilaksanakan dan mereka mengharapkan agar roh-roh yang telah meninggal itu berangkat ke pulau Sirets dengan tenang. Mereka juga memohon agar keluarga yang ditinggalkan tidak diganggu dan diberikan kesuburan. Biasanya, patung bis ini kemudian ditaruh dan ditegakkan di daerah sagu hingga rusak.
  • Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang (yentpokmbu)
Orang-orang Asmat mempunyai 2 tipe rumah, yaitu rumah keluarga dan rumah bujang (je). Rumah bujang inilah yang amat penting bagi orang-orang Asmat. Rumah bujang ini dinamakan sesuai nama marga (keluarga) pemiliknya.
Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat religius maupun yang bersifat nonreligius. Suatu keluarga dapat tinggal di sana, namun apabila ada suatu penyerangan yang akan direncanakan atau upacara-upacara tertentu, wanita dan anak-anak dilarang masuk. Orang-orang Asmat melakukan upacara khusus untuk rumah bujang yang baru, yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat. Pembuatan rumah bujang juga diikuti oleh beberapa orang dan upacara dilakukan dengan tari-tarian dan penabuhan tifa.

Masyarakat Nenek Moyang Kita

Bentuk susunan masyarakat nenek moyang kita tidak dapat diketahui dengan jelas. Kita hanya dapat mengira-irakan dengan jalan mempelajari menyelidiki suku-suku bangsa terasing yang sedikit sekali terkena pengaruh kebudayaan lain.
1. Bangsa Proto Melayu dan Deutero Melayu telah hidup menetap, dan melakukan cocok tanam sertapeternakan. Jadi tidak, lagi food gathering. melainkan telah food-produsing.
2. Mereka yang diam di pesisir hidup dan pelayaran dan perikanan.
3. Hidupnya menetap dan bercocok tanam, kemudian menimbulkan masyarakat.

Kesatuan dasar masyarakat Indonesia dan jaman dulu hingga sekarang adalah desa. Desa merupakan kesatuan yang demokratis, di mana segala pertanggung jawaban dipikul bersama-sama. Segala sesuatu dikerjakan dengan cara bergotong royong, sehingga hidup kekeiuargaan sangat tebal Demikian puIa segala sesuatu yang dianggap penting dan vital dijadikan milik bersama dan dikerjakan bersama-sama pula (contohnya masaIah tanah).

Desa dikepalai oleh Kepala Desa. Dalam menunaikan tugas ia dibantu oleh Dewan Desa. Jabatan kepala desa itu tidak turun-temurun, melainkan berdasarkan pemilhan Yang dipilih sebagai kepala desa ialah orang yang dianggap paling pandai dan paham benar mengenai adat-istiadat nenek moyang. Kepala Desa harus mempertahankan tradisi dan adat-istiadat warisan para leluhurnya.
KEBUDAYAAN
Nenek moyang kita telah memiliki kebudayaan yang tinggi mutunya. Hal ini ditunjukkan oleh bukti-bukti sebagai berikut:
1. Mereka telah mengenal tehnik pembuatan barang pecah beIah dan tehnik pembuatan barang-ba rang dan logam.
2. Mereka telah pandai menenun kain. Di antara barang pecah belah yang diketemukan ada yang dihiasi dengan cap-cap tenunan
3. Mereka yang hidup di pesisir telah pandai membuaf perahu, terutama perahu bercadik (bersayap).
4. Mereka juga telah maju di bidang kesënian 
Aneka ragam barang perhiasan wanita banyak diketemukan, baik yang terbuat dan batu, perunggu maupun manik-manik. Nekara-nakara juga banyak yang diberi hiasan berupa gambar-gambar gajah, merak, perahu dan lain-lain.
AGAMA / KEPERCAYAAN
Agama/kepercayaan nenek moyang kita oleh para sarjana disebut Dynamisme dan Animisme. 
  • Dynamisme adalah suatu kepercayaan bahwa setiap mahkluk hidup dan benda mati memiliki kekuatan gaib. 
  • Animisnie adalah kepercayaan bahwa setiap makhluk hidup dan benda mati memiliki rokh, 3wa atau nyawa. 
Batas antara dynamisme dan animisme sebenarnya kurang jelas. Bahkan dalam prakteknya selalu bercampur satu dengan yang lain.

Asal-Usul Manusia Purba Di Indonesia

Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Asal-mula bangsa Indonesia - Menurut pendapat sarjana Kern dan Heine Geldern, nenek moyang bangsa kita berasal dan daratan Asia. Mula-mula nenek moyang kita diam di daerah Yunan (China Selatan), kemudian pindah ke selatan (ke daerah Vietnam). Oleh suatu sebab yang belum diketahui dengan pasti, mereka kemudian pindah lagi. Perpindahan tadi diduga terjadi antaratahun 1500 S.M.hingga tahun 500 SM. dan berlangsung secara bergelombang. Gerak tujuan perpindahan mereka ke pulau-pulau di sebelah selatan daratan Asia.
Pulau-pulau itu menjadi tanah airnya terakhir. Pulau-pulau di sebelah selatan daratan Asia tadi lazirnnya disebut AUSTRONESIA (Austro = selatan, nesos = pulãu). Bangsa yang mendiami daerah Austronesia disebut bangsa Austronesia. Bangsa Austronesia mendiami daerah Iingkup yang amat luas. Yaitu meliputi daerah atau pulau-pulau yang membentang antara Madagaskar (sebelah barat)hingga Pu/au Paska (sebelah timur) dan antara Taiwan (sebelah utara) hingga Se/andia Baru (sebelah selatan). Bangsa Austronesia yang masuk ke Indonesia disebut BANGSA MELAYU. Mereka adalah nenek moyang Iangsung bangsa Indonesia sekarang.
Bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi 2. yaitu:
  • Bangsa Proto Melayu (bangsa Melayu Tua).
  • Bangsa Deutero Melayu (bangsa Melayu Muda).
1. Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira tahun 1500 SM. bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.
a. Bangsa Proto Melayu memasuki Indonesia melalui 2 jalan, yaitu: jalan barat (melalui Malaya- Sumatra), dan jalan timur (melalui Philipina — Sulawesi Utara).
b. Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayaan batu baru atau neolithicum (neo baru. lithos = batu). Meskipun barang-barang Hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, akan tetapi telah dikerjakan dengan baik sekali. Barang-barang hasil kebudayaan mereka yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak lonjong. Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat, sedang kebudayaan kapak lonjong dibawa oleh mereka yang melalui jalan utara.
c. Bangsa Proto Melayu akhirnya terdesak atau bercampur darah dengan bangsa Deutero Melayu yang kemudian menyusul masuk ke Indonesia
d. Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Dayak, Toraja dan lain-lain
2. Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda) 

Kira-kira tahun 500 SM. nenek moyang kita gelombang yang kedua mulal memasuki Indonesia
a. Bangsa Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jaIan saja, yaitu jalan barat (jadi meIalu Melayu Sumatra).
b. Bangsa Deutero Melayu memiIiki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.
Barang-brang hasil kebudayaan mereka telah terbuat dan logam. Mula-mula dan perunggu dan kemudian dan besi. Hasil kebudayaan logam Indonesia yang terpenting alah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara Barang-barang dan logam tadi umumnya dibuat dengan tehnik a cire perdeu.
c. Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku bangsa Jawa, Melayu, Bugis dan lain-lain.
PENDESAKAN DAN PERCAMPURAN
Sebelum nenek moyang kita masuk dan menetap di Indonesia, di sini telah didiami oleh suku bangsa lain, yaitu

1. Suku bangsa WEDOID
Sisa-sisa suku bangsa mi hingga sekarang masih ada, misalnya suku bangsa Sakal di Siak, suku bangsa Kubu dan lubu di daerah Jambi dan Palembang.

2. Suku bangsa NEGRITO
Sisa-sisa suku bangsa ini di Indonesia telah lenyap. Akan tetap di Malaya dan Philipina sisa-sisanya masih ada.
Sejak bangsa Proto Melayu masuk dan menetap di Indonesia, kedua suku bangsa tersebut terdesak dan melarikan diri ke tempat-tempat yang terasing. Mereka tidak mau berhubungan dengan bangsa lain. Maka dan itu kebudayaan/peraban mereka sangat terbelakang. Sesudah barigsa Deutero Melayu datang di Indonesia, bangsa Proto Melayu itu pun akhirnya terdesak pula. Sebagian dan mereka pindah ke pedalaman, dan sebagian lagi bercampur darah dengan bangsa Deutero Melayu. Karena percampuran darah tadi, maka sulit kita membedakan kedua bangsa itu.

7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia


Noken
Noken merupakan tas untuk menyimpan berbagai keperluan barang-barang. Noken ini merupakan hasil kreasi atau kreativitas masyarakat tradisional di papua. Warna dan motif dari noken ini sangat beraneka ragam. Noken terbuat dari kulit kayu yang kuat sehingga noken ini sangat kuat dan hebatnya lagi noken ini bisa melas jadi walaupun terlihat kecil ternyata dia mempu menyimpan barang yang sangat banyak. Noken disetujui menjadi salah satu benda yang tercatat di UNESCO sebagai budaya Indonesia pada tahun 2012.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Noken
Subak
Subak merupakan sistem yang penuh dengna filosifi dalam kehidupan masyarakat Bali. Sistem subak yang dikenal dalam masyarakan bali adalah sistem demokrasi yang pantas untuk dikembangkan. Sistem subak digunakan dalam pembagian air di sawah, tempat ibadat maupun kebutuhan masyarakat sehari-hati. Subak ditetapkan menjadi warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 2012.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Subak
Tari saman 
Masyarakat Aceh  memiliki kebudayaan yang istimewa. Kebudayaan tersebut adalah tari saman, tarian ini biasanya dipertunjukkan pada momen-moen yang penting seperti saat menjalin silaturahmi dan juga persahabatan untuk mennyampaikan pesan moral tertentu. Tari saman  masuk menjadi daftar warisan budaya Indeonesia pada 24 November 2011.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Tari Saman

Angklung
Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari kebudayaan sunda. Angklung memiliki berbagai nada yang berbeda pada setiap jenisnya. Untuk mendapatkan nada-nada yang indah, angklung harus dimainkan oleh banyak orang. Angklung sendiri dicatat dalam UNESCO sebagai daftar warisan budaya pada 12 November 2010.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Angklung
Batik
Pada tahun 2009 dalam daftar UNESCO batik tercatat sebagai warisan budaya miliki Indonesia. Batik adalah seni melukis di atas kain yang menggunakan malam atau lilin dan juga canting. Ada berbagai macam pola batik yang dapat kita temukan, mulai dari yang tradisional hingga moderen. Pola-pola tersebut menjadi ciri khas setiap daerah yang membuat batik.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Batik
Keris
Keris merupakan senjata tradisional yang digunakan oleh beberapa suku di Indoensia. Bentuk kersi ditandai dengan kedua sisinya yang tajam dan juga berlekuk serta ujungnya yang runcing. Keris sendiri sudah masuk daftar warisan budaya sejak tahun 2005. Bukan hanya digunakan sebagai senjata saja, namun keris juga digunakan sebagai aksesoris dalam baju adat.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Keris

Wayang
Sejak tahun 2003 wayang sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. Wayang sendiri adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh dalang dalam sebuah pertunjukan. Dalang sendiri bertugas sebagai pencerita yang menggerakkan tokoh-tokoh wayang sembari menceritakan kisah-kisah pewayangan. Kisah tersebut bersumber dari kitab mahabarata dan juga ramayana dengan sentuhan budaya Indonesia.
7 Budaya Indonesia yang Masuk dalam Situs Warisan Dunia
Wayang

Pengembangan Budaya


Cultural celebrations resumed with the end of the LRA conflict in Northern Uganda (7269658432).jpg
Pengembangan budaya adalah suatu proses meningkatkan atau mempertahankan kebiasaan yang ada pada masyarakat dalam kajian pengembangan masyarakat yang menggambarkan bagaimana budaya dan masyarakat itu berubah dari waktu ke waktu yang banyak ditunjukkan sebagai pengaruh global.Pengembangan budaya dikembangkan secara luas melalui kepentingan transnasional.Segala bentuk kesenangan ikut terlibat dalam upaya pengembangan budaya ini.untuk menghadapi globalisasi budaya, sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri yang menjadi keunikan wilayahnya, namun globalisasi budaya ini merupakan komponen penting dalam pengembangan masyarakat wilayahnya sendiri.Dalam konteks Pengembangan masyarakat, pengembangan budaya memiliki empat komponen yaitu,, .

Komponen dalam Pengembangan Budaya

  1. Melestarikan dan menghargai budaya lokal
    Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka.Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya. Tradisi ini meliputi sejarah lokal dan peninggalan berharga, kerajinan yang berbasis lokal, makanan lokal atau hal lainnya. pengaruh eksternal dapat memisahkan tradisi-tradisi budaya lokai ini, dan strategi masyarakat yang cermat diperlukan jika tradisi tersebut ingin dilestarikan. Masyarakat perlu mengidentifikasi apa komponen yang unik dan signifikan dari warisan budayanya, dan untuk menentukan komponen mana yang hendak dipertahankan. Oleh karena itu, sebuah rencana dapat disusun tentang bagaimana mencapainya, misalnya kegiatan di balai masyarakat, membangun industi lokal yang berbasis budaya lokal
  2. Melestarikan dan menghargai budaya asli atau pribumi
    Ketika dikemukakan bahwa budaya asli hanyalah kasus tertentu dalam budaya lokal, dinamika yang berbeda yang mengelilingi budaya asli berarti budaya asli ini diperlakukan sebagai hal yang terpisah. Ada dua hal utama yang mendasarinya yaitu, pertama klaim istimewa yang dimiliki orang-orang pribumi terhadap lahan atau daerah dan terhadap struktur komunitas tradisional yang berkembang seleras dengan lahan atau daerah selama periode waktu jauh lebih lama daripada kolonisasi baru. Komunitas merupakan hal penting bagi kelangsungan budaya dan kelangsungan spritual, dalam arti penting kelesetarian budaya tradisional merupakan kebutuhan yang lebih penting bagi orang-orang pribumi daripada orang lain kebanyakan.
  3. Multikulturalisme
    Kata ini lazimnya menunjukkan pada kelompok etnis yang berbeda yang tinggal di satu masyarakat tetapi mempertahankan identitas budaya yang berbeda.Oleh karena itu, fokus ini yaitu pada etnisitas dan fitur budaya dari kelompok-kelompok etnis yang berbeda.Kebiasaan-kebiasaan dalam budaya yang relatif homogen tampak hilang, masyarakat harus sampai pada kehidupan bermasyarakat yang multikultural. Bagi beberapa orang, hal ini terjadi karena ketakutan, ancaman, kerugian dan raisal serta ketegangan budaya dan pengucilan. Keanekaragama latarbelakang budaya merupakan realitas bagi banyak masyarakat, dan oleh karena itu merupakan aspek yang penting dari pembangunan masyarakat. Benturan nilai-nilai budaya dan problem-problem yang dialami oleh perseorangan dan keluarga memberikan suasana ketidakstabilan dan kecemasan selama mereka berusaha menemukan sebuah cara melalui konflik ini.Strategi yang digunakan dalam keadaan multikulturalisme yaitu mencakup bekerja dengan pemuka-pemuka masyarakat, meningkatkan kesadaran penduduk, dan menghadapi rasisme.
  4. Budaya partisipatori
    Aktivitas budaya merupakan fokus penting untuk identitas masyarakat, partisipasi, interaksi sosial dan pengembangan masyarakat. Satu cara untuk mendorong masyarakat yang sehat yaitu dapat mendorong partisipasi yang luas dalam aktivitas budaya, sehingga seni, musik, teater, tarian dan olahraga menjadi sesuatu yang mereka lakukan, bukan yang mereka tonton. Hal ini telah menjadi fokus dari banyak program pengembangan budaya masyrakat; partisipasi budaya dapat dilihat sebagai cara penting untuk membangun modal sosial, memperkuat masyarakat dan menegaskan identitas. Aktivitas-aktivitas yang mungkin dilakukan akan berbeda-beda tergantung pada budaya lokal, budaya lokal dan faktor-faktor lain. Budaya parsipatif juga memiliki potensi untuk mencapai lebih dari memperkuat modal sosial dan bangunan masyrakat. Partisipasi dalam aktivitas budaya merupakan bagian penting untuk membantu orang-orang dari suatu masyarakat untuk memperoleh kembali budaya mereka sendiri dan menolak ikut campur dari pihak di luar mereka.

Pengembangan Budaya dalam Penyesuaian Diri Manusia

  • Penyesuaian Biologis
Kondisi alam yang telah semakin berubah seiring dengan perusakan lingkungan sebagai akibat dari global ekonomi. Membuat manusia sulit untuk menyesuaikan dirinya secara biologis terhadap budaya yang berkembang seperti perkembangan budaya yang bertentangan dengan nilai dan norma masyarakat sebelumnya.
  • Penyesuaian Sosial
Pengembangan budaya yang bertele-tele dan terlalu di luar ambang batas norma dan nilai sosial yang ada sebelumnya, akan terasa sedikit sulit untuk disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakatnya.

Proses

  1. Internalisasi
    Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan,hasrat, nafsu, dan emosi dalam upaya pengembangan budayanya. Perasaan yang lahir dari manusia adalah manusia yang tidak pernah merasa puas, sehingga ia berupaya untuk selalu melakukan pengembangan-pengembangan dalam dirinya yang mempengaruhi perubahan pada budaya mereka sendiri.
  2. Sosialisasi
    Berkaitan erat dengan kajian sistem sosial dalam masyarakat itu sendiri. Kita memahami buadaya dari proses sosialisasi turun-temurun, namun ada kalanya, proses sosialisasi ini tidak sempurna dilakukan oleh generasi sebelumnya sehingga, membuat budaya yang lama terkadang diambil bagian yang sesuai dengan kondisi sekarang.Sehingga budaya yang ada dulu belum tentu ada untuk saat ini, karena juga dipengerahui oleh global ekonomi yang sedang berlangsung dalam kalangan masyarakat.
  3. Enkulturasi
    Hal ini tidak lepas dari pengaruh dari luar masyarakat penganut budaya asli, proses ini menjadi faktor pendorong utama dalam peningkatan atau penurunan nilai pada suatu budaya dalam masyarakat. Dengan itu, aspek ini yang berada di luar masyarakat, menjadi indikator yang sangat penting dalam proses pengembangan budaya dewasa ini.

Nilai

Semakin bernilai hasil dari upaya pengembangan budaya ini bagi masyarakat maka semakin besar harapan untuk meningkatkan budaya tersebut.Jika penghargaan yang diberikan antar satu masyarakat ke masyarakat lainnya dianggap bernilai, maka orang-orang yang melakukan perilaku-perilaku yang sesuai dengan nilai budaya yang baru tersebut, mereka akan mendapat prestise dari masyarakat lainnya.

Lestarikan Ragam Budaya Indonesia

1. Alat musik tradisional.

Seni dan budaya musik barat yang berkembang pesat dan mulai masuk ke Indonesia saat ini tidak sanggup memudarkan alat musik yang berasal dari daerah. Meskipun terbuat dari bahan yang sederhana, namun alat tradisional tersebut menghasilkan alunan nada yang indah dan berkelas. Maka tidak heran jika alat musik seperti gamelan, angklung, gendang dan lainnya sudah dikenal dan menghiasi panggung pertunjukkan mancanegara.

2. Upacara adat

Serangkaian ritual adat dalam upacara kedaerahan merupakan salah satu budaya tradisional yang perlu dilestarikan untuk menghargai dan melanjutkan tradisi nenek moyang. Berbagai ritual tersebut memiliki tujuan masing-masing, salah satunya adalah sebagai bentuk rasa syukur. Upacara adat dilakukan oleh beberapa daerah tertentu dan diyakini mengandung nilai-nilai religius sehingga harus dilakukan secara sakral. Ada banyak jenis upacara adat yang sering dilakukan di beberapa daerah Indonesia, diantaranya yaitu:

3. Tarian tradisional.

Tari adalah seni yang paling digemari oleh seluruh kalangan masyarakat. Di Indonesia, satu daerah memiliki tari budaya yang lebih dari satu sehingga ada banyak jumlah tari daerah yang perlu dikenal dan juga dilestarikan. Tarian tradisional berikut ini adalah beberapa yang sudah sangat terkenal di seluruh Indonesia hingga luar negeri, yaitu:
  • Tari jaipong
  • Tari piring
  • Tari kecak
  • Tari kipas
  • Tari pakarena dan sebagainya.
Itulah beberapa jenis kebudayaan Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain yang sudah disebutkan tadi, kekayaan bangsa seperti kain tradisional, rumah adat, lagu daerah, pakaian adat dan yang lainnya juga merupakan kebudayaan yang tidak kalah penting dan perlu kita banggakan sehingga dunia mengenalnya sebagai kekayaan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, persoalan klaim yang dilakukan negera lain terhadap kebudayaan yang kita miliki tidak akan terjadi kembali. Yang terpenting, mengenal dan melestarikan budaya yang sudah ada akan sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan bangsa di kemudian hari.

Melestarikan Budaya dengan Memainkan Gamelan Sunda


Gamelan merupakan kesenian adiluhung yang dimiliki nusantara. Kesenian musik intrumentalia ini tidak hanya berkembang pada masyarakat Jawa dan Bali saja, melainkan juga pada masyarakat Sunda. Jika di Jawa suara gamelan cenderung bertempo lambat, dan di bali lebih terdengar rancak dan bertempo tinggi, lain halnya dengan pada masyarakat Sunda.

Pada masyarakat Sunda, suara gamelan cenderung mendayu-dayu dengan tambahan beberapa alat musik khas Sunda, seperti rebab dan suling. Gamelan Sunda pada awalnya hanya dimainkan secara instrumentalia, dalam artian tidak dilengkapi dengan suara nyanyian. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga cita rasa sakral dari suara gamelan yang dimainkan. Meski demikian, berdasarkan perkembangannya gamelan Sunda kini dilengkapi dengan vokalia yang liriknya berisi ajaran-ajaran moral dalam bahasa Sunda.



Tidak jauh berbeda dengan satu set gamelan pada umumnya, gamelan sunda terdiri dari perpaduan beberapa alat musik. Alat musik tersebut antara lain, kempul, gong, bonang, kenong, gambang, saron, kendang, dan tambahan rebab serta suling yang tidak ada pada gamelan Jawa dan Bali. Untuk menambah harmonisasi suara, gamelan Sunda dilengkapi dengan melodi yang keluar dari alat musik Calempung. Kini masyarakat Sunda Bogor kerap mengkolaborasikan musik gamelan dengan alat musik modern lainnya, bahkan musik gamelan juga digunakan untuk mengiringi kesenian tradisional sunda lainnya, seperti longser dan tembang sunda.

Dalam berbagai perhelatan adat, seperti dalam Seren Taun, Mapag Sri, dan kegiatan adat lainnya, gamelan sunda kerap menjadi salah satu kesenian tradisional yang dipentaskan. Mengingat gamelan Sunda makin jarang dimainkan oleh generasi penerus, berbagai pihak yang peduli pada kesenian tradisional Sunda mencoba melestarikan kembali kesenian adiluhung ini agar tetap terjaga dan lestari. Untuk mencapai hal tersebut, cara yang digunakan tak lain adalah denga terus memainkannya, sambil mengajak generasi muda untuk tertarik dengan kesenian adiluhung yang satu ini.

Kampung Budaya Sindang Barang Bogor merupakan salah satu komunitas yang peduli dengan gamelan sunda, dan seluruh kebudayaan Sunda pada umumnya. Hal tersebut terbukti, dalam berbagai perhelatan budaya yang digelar di kampung tesebut, gamelan Sunda kerap menjadi salah satu kesenian tradisional yang dipentaskan. Meski begitu, pelestarian kesenian gamelan Sunda bukan hanya menjadi tanggung jawab mereka, melainkan tanggang jawab semua orang yang merasa memiliki kebudayaan tersebut, serta menjadi tanggung jawab kita besama sebagai bangsa Indonesia.

Permainan tradisional di Jawa Barat

  1.  Bebentengan 
Khusus untuk permainan bebentengan memerlukan area yang cukup luas untuk melakukan permainan ini, dan memerlukan beberapa batu atau bata sebagai bentengnya,  Bebentengan sangat bagus untuk melatih kelincahan, dan menjaga kesehatan.Berikut Foto permainan bebentengan
 

2. Egrang 

dalam memainkan egrang atau disebut juga jajangkungan, untuk memainkannya diperlukan keahlian khusus dan latihan keseimbangan, berikut Foto permainan Engrang

Minggu, 21 Februari 2016

Alat Musik Tradisional, warisan budaya Indonesia

1. Sumatera Barat
Saluang, alat musik dari Sumatra Barat
Saluang, alat musik dari Sumatra Barat
Saluang, cara memainkannya ditiup.

2. Riau
Gambus, alat musik dari Riau
Gambus, alat musik dari Riau
Gambus, cara memainkannya dipetik.

3. Jambi
Gambus, cara memainkannya dipetik.

4. Sumatera selatan
Alat musik accordion Sumatera Selatan
Alat musik accordion Sumatera Selatan
Accordion, cara memainkannya dengan menggunakan kedua tangan.

5. Bengkulu
Alat musik Doll dari Bengkulu
Alat musik Doll dari Bengkulu
Doll, cara memainkannya dipukul.

6. Lampung
Alat musik Bende dari lampung
Alat musik Bende dari lampung
Bende, cara memainkannya dipukul.
7. Bangka Belitung
alat musik Gendang melayu
alat musik Gendang melayu
Gendang melayu, cara memainkannya ditepuk dengan menggunakan telapak tangan.

8. Kepulauan Riau
Alat musik gendang panjang kepulauan Riau
Alat musik gendang panjang kepulauan Riau
Gendang panjang, cara memainkannya ditepuk.

9. Daerah khusus ibukota Jakarta
Alat musik tehyan dari Jakarta
Alat musik tehyan dari Jakarta
Tehyan, cara memainkannya digesek seperti biola.

10. Jawa Barat
Alat musik angklung Jawa Barat
Alat musik angklung Jawa Barat
Angklung, cara memainkannya di getarkan.

11. Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa
Gamelan dari Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa
Gamelan dari Daerah Istimewa Jogyakarta dan Jawa
Gamelan. Cara membunyikannya bermacam-macam, ada yang dipukul, di petik ataupun digesek.

12. Banten
Gendang, cara membunyikannya ditepuk dengan dengan telapak tangan.

13. Bali
Alat musik Cengceng dari Bali
Alat musik Cengceng dari Bali
Cengceng, cara membunyikannya diletakkan di kedua telapak tangan kemudian ditepuk hingga saling berbenturan.

14. Nusa Tenggara Barat
Alat musik sarone dari Nusa Tenggara Barat
Alat musik sarone dari Nusa Tenggara Barat
Sarone, cara membunyikannya ditiup seperti seruling.

15. Nusa Tenggara Timur
Alat musik Sasando dari Nusa Tenggara Timur
Alat musik Sasando dari Nusa Tenggara Timur
Sasando, cara memainkannya dipetik.

16. Kalimantan Barat
Alat musik Tuma dari Kalimantan Barat
Alat musik Tuma dari Kalimantan Barat
Tuma, cara memainkannya ditepuk dengan telapak tangan.

17. Kalimantan Timur
Alat musik Sampe dari Kalimantan Timur
Alat musik Sampe dari Kalimantan Timur
Sampek, cara memainkannya dipetik pada senarnya.

18. Kalimantan Tengah
Alat musik Japen dari Kalimantan Tengah
Alat musik Japen dari Kalimantan Tengah
Japen, cara memainkannya dipetik pada senarnya.

19. Kalimantan Selatan
Alat musik Panting dari Kalimantan Selatan
Alat musik Panting dari Kalimantan Selatan
Panting, cara memainkannya dipetik pada senarnya.

20. Sulawesi Utara
Alat musik Kolintang dari Sulawesi Utara
Alat musik Kolintang dari Sulawesi Utara
Kolintang, cara memainkannya dipukul seperti memainkan gambang.

21. Sulawesi Tengah
Alat musik Ganda dari Sulawesi Tengah
Alat musik Ganda dari Sulawesi Tengah
Ganda, cara memainkannya ditepuk dengan telapak tangan.

22. Sulawesi Selatan
Alat musik Keso-keso dari Sulawesi Selatan
Alat musik Keso-keso dari Sulawesi Selatan
Keso-keso, cara memainkannya digesek pada senarnya dengan alat yang telah dikhususkan.

23. Sulawesi Tenggara
Alat musik Ladolado dari Sulawesi Tenggara
Alat musik Ladolado dari Sulawesi Tenggara
Ladolado, cara memainkannya dipukul
24. Gorontalo
Alat musik Ganda dari Gorontalo
Alat musik Ganda dari Gorontalo
Ganda, cara memainkannya ditepuk dengan telapak tangan.

25. Sulawesi Barat
Alat musik Talindo dari Sulawesi Barat
Alat musik Talindo dari Sulawesi Barat
Talindo, cara memainkannya dipetik.

26. Maluku
Alat musik nafiri dari Maluku
Alat musik nafiri dari Maluku
Nafiri, cara memainkannya ditepuk.

27. Maluku Utara

Fu, cara memainkannya ditiup.
Alat musik Fu dari Maluku Utara
Alat musik Fu dari Maluku Utara
28. Papua Barat
Alat musik Guoto dari Papua Barat
Alat musik Guoto dari Papua Barat
Guoto, cara memainkannya dipetik.

29. Papua
Alat musik Tifa dari Papua
Alat musik Tifa dari Papua
Tifa, cara memainkannya ditepuk

Ragam Seni dan Budaya Indonesia


Sejarah Keaneka ragaman seni dan budaya Indonesia

Indonesia kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya Indonesia berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini. Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional.

Dalam pembahasan ragam seni budaya mempunyai pengertian  untuk Seni budaya berasal dari dua suku kata Seni - Budaya. Untuk kata Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Tapi semua terangkum menjadi satu yaitu sebuah ragam seni budaya yang ber- BINEKA TUNGGAL IKA dengan menunjukkan adat ketimuran dan berasaskan Pancasila. Secara devinisi budaya dapat di artikan sebegai tata cara hidup manusia yang dilakukan secara kelompok atau masyarakat, dan di wariskan turun-temurun dari generasi ke generasi.

Sedangkan Seni adalah ide atau gagasan proses dari sebuah pemikiran manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dan sebuah cipta rasa manusia dalam kreatifitas. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, disebab masing-masing individu manusia mempunyai cita rasa yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Beberapa para ahli devinisi mengartikan bahwa seni merupakan sebuah aktifitas dalam perbuatan yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan dapat memberi kepuasan tersendiri dalam jiwa suatu manusia. Sebuah seni juga bisa kita gambarkan dari sebuah penjiwaan yang dalam, dan berbeda antara orang satu dengan yang lainnya.

Keanekaragaman budaya Indonesia dariSabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Tetapi, sayangnya, sebagai anak bangsa masih banyak yang tidak mengetahui ragam budaya daerah lain di Indonesia, salah satunya budaya tato di Mentawai, Sumatra Barat, tindik sebagai tanda kedewasaan dan masih banyak kebudayaan lain yang belum ter ekdplorasi.

Bagi penyuka traveling ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang rasa ingintahunya cukup tinggi terhadap beragam budaya, tidak ada salahnya mampir ke Mentawai untuk melihat dari dekat budaya tato yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat setempat, selain menikmati sajian pesona alam dan lautnya.

Tato kebudayaan indonesia

Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesiajuga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Contoh dari kebudayaan rakyat pesisir adalah pesta laut yang dipersembahkan untuk para leluhur

Pesta laut

Masyarakat pesisir indonesia

Dari berbagai kebudayaan yang ada sebagai generasi muda Indonesia patutnya kita bangga dan berusaha menghalau budaya-budaya luar yang mampu menggerus kearifan budaya lokal Indonesia dengan semangat juang dan nilai dasar Pancasila.